Bukan Sekadar Nafsu: Adab Berhubungan Suami Istri Menurut Islam
![]() |
adab berhubungan suami istri dalam Islam |
Di balik pintu kamar yang tertutup, ada hal yang tak kalah sakral dari ibadah di sajadah: hubungan suami istri, yakni adab berhubungan suami istri dalam Islam.
Sering kali, kita menganggap urusan ranjang cuma soal gairah dan kenikmatan fisik. Padahal dalam Islam, semua yang tampak duniawi itu bisa jadi ladang pahala asal dijalani dengan adab yang benar. Iya, bahkan urusan yang katanya "pribadi banget" itu.
Adab Itu Cermin Keimanan
Dalam Islam, akhlak bukan cuma untuk di ruang publik. Bahkan di ranjang pun, adab tetap berlaku. Nabi ﷺ pernah bersabda:
"Dan dalam hubungan suami istri itu ada pahala."
Para sahabat bingung, “Ya Rasulullah, masa seseorang menyalurkan hasratnya lalu dapat pahala?”
Jawab beliau: "Bukankah kalau ia menyalurkannya di tempat yang tidak benar, maka berdosa? Maka jika dilakukan dengan cara yang halal, tentu berpahala." (HR. Muslim)
Logikanya sederhana: semua yang halal dan diniatkan baik bisa jadi ibadah.
Mulai dengan Niat dan Doa
Sebelum mulai, ada baiknya kita ambil jeda sejenak. Bukan untuk mengurungkan niat (hehe), tapi untuk menata hati. Hubungan suami istri bukan cuma soal fisik, tapi juga soal ruhani.
Doanya? Ringan kok:
"Bismillāh, Allāhumma jannibnasy-syayṭāna wa jannibisy-syayṭāna mā razaqtanā."
Artinya: “Dengan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari gangguan setan, dan jauhkan setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.”
Nggak butuh waktu satu menit, tapi dampaknya bisa panjang… sampai ke anak cucu.
Saat Sedang Berjalan: Lembut Itu Kunci
Hubungan yang baik itu bukan ajang saling mendominasi. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai suami yang penuh kasih, bahkan dalam hubungan paling privat sekalipun. Jangan terburu-buru, jangan kasar, dan yang paling penting: jangan hanya mementingkan diri sendiri.
Saling ridha. Saling memahami. Bahkan disunnahkan untuk bercumbu dan merayu pasangan terlebih dahulu. Karena ini bukan tugas, tapi bentuk cinta.
Dan kalau pasangan belum siap? Maka tahan dulu. Cinta itu sabar dan pengertian.
Yang Perlu Dihindari
Islam juga menetapkan batas-batas yang harus dijaga, demi menjaga kesucian dan kehormatan bersama:
- Hubungan dari arah yang tidak semestinya dilarang tegas. Rasulullah ﷺ bersabda: “Terkutuklah orang yang menyetubuhi istrinya melalui jalur belakang.” (HR. Abu Dawud)
- Saat haid tidak diperbolehkan berhubungan, namun bukan berarti kehilangan kelembutan. Justru saat seperti itu, dianjurkan tetap saling menyayangi… tentu dengan cara yang sesuai.
- Di tempat yang tak layak hubungan intim adalah bentuk kasih yang luhur. Maka tempatnya pun perlu dijaga, jangan di ruang terbuka atau dalam situasi yang tidak terjaga privasinya.
Setelahnya Jangan Langsung Tidur, Ya…
Setelah selesai, bukan berarti selesai segalanya.
Islam menganjurkan untuk mandi junub (mandi wajib) agar bisa kembali dalam keadaan suci. Tapi kalau memang lelah, minimal ambil wudhu dulu sebelum tidur.
Dan jangan lupa satu hal penting: peluklah pasanganmu. Karena kasih sayang bukan hanya soal puncaknya, tapi juga tentang ketenangan setelahnya.
Hubungan yang Bernilai Ibadah
Bayangkan: sesuatu yang dilakukan hampir semua pasangan, tapi di tangan seorang Muslim, bisa jadi ibadah.
Asal niatnya baik. Caranya benar. Dan adabnya dijaga.
Islam bukan agama yang kaku, tapi agama yang menuntun. Bahkan dalam urusan cinta dan keintiman, kita diajak untuk tetap mulia.
Hubungan Suami Istri Ruang Penuh Pahala
Hubungan suami istri bukanlah ruang tanpa aturan, melainkan ruang penuh pahala jika dijalani dengan adab. Ia adalah bentuk ibadah, cinta, dan pengabdian.
“Jika kalian melakukannya dengan cara yang baik, maka itu juga sedekah.” (HR. Muslim)
Adab bukan sekadar tata krama, tapi jembatan agar cinta kita tidak hilang arah. Dan dalam Islam, cinta tidak harus selalu besar asal niatnya benar, hal terkecil pun bisa jadi cahaya.
Akhir kata, hubungan suami istri bukan sekadar aktivitas fisik. Ia adalah bagian dari ibadah, cinta, dan penghormatan antara dua insan. Dan seperti halnya ibadah lain, adab itu kuncinya.
Kalau kita bisa tertib dan khusyuk di masjid, masa iya nggak bisa berlaku mulia di kamar sendiri?